Sabtu, 13 Agustus 2011

PEKERJAAN SOSIAL MEDIS DALAM PELAYANAN KESEHATAN UNTUK TUNAWISMA

PEKERJAAN SOSIAL MEDIS DALAM PELAYANAN KESEHATAN UNTUK TUNAWISMA

BAB I

PENDAHULUAN

Tunawisma atau tunakarya merupakan masalah sosial yang serius bagi setiap kota. Masalah tunawisma mencerminkan problema sosial yang besar. Tunawisma atau tunakarya berarti orang-orang yang hidupnya tidak memiliki perumahan dan pekerjaan tetap. Tunawisma atau tunakarya hidup di jalanan secara perorangan dan berkelompok. Tunawisma yang berkelompok akan taat terhadap kepala kelompok yang mengorganisir untuk melakukan kegiatan-kegiatan. Sedangkan tunawisma yang tidak berkelompok melakukan sesuatu bebas menurut kehendaknya. Tunawisma melakukan pencaharian hidup dengan cara mereka sendiri, antara lain seperti: membecak, memburuh, mencari puntung rokok, pecahan kaca, melacurkan diri, bekerja di penampungan, mengemis, dll. Adapun sebab-sebab seseorang menjalani kehidupan sebagai tunawisma antara lain :

1) Penyebab yang berasal dari jasmani dan rohani :

a. frustasi/tekanan jiwa

b. cacat mental

c. cacat fisik

d. malas bekerja

2) Penyebab Sosial/kemasyarakatan:

a. pengaruh-pengaruh buruk dalam masyarakat ( seperti perjudian, madat )

b. gangguan keamanan dan bencana alam ( mengungsi/urbanisasi )

c. pengaruh konflik sosial di mana terdapat ketidakserasian hidup

3) Penyebab Ekonomi :

a. kesulitan menanggung hidup lebih-lebih yang berkeluarga besar

b. kecilnya pendapatan perkapita sehingga lambat laun tak bekerja terus

c. kegagalan di bidang pertanian dan belum berkembang di dunia industri

Dengan kehidupan di jalanan yang semerawut, tentu keadaan tunawisma jauh dari kata sehat, baik secara fisik maupun psikis. Kebanyakan dari mereka mengalami kesulitan untuk memperoleh pelayanan kesehatan. Mereka telah terbiasa diabaikan oleh masyarakat di sekitarnya. Hal ini menjadi masalah sosial yang cukup serius bagi suatu negara. Adanya tunawisma di suatu negara mencerminkan belum stabilnya keadaan negara tersebut. Menurut Skidmore dan Thackery, pekerjaan sosial medis merupakan praktek kerjasama pekerja sosial dalam bidang kesehatan dan dalam program-program pelayanan kesehatan masyarakat. Praktek pekerjaan sosial dalam bidang pelayanan kesehatan mengarahkan pada penyakit yang berhubungan dengan tekanan-tekanan sosial, yang mengakibatkan kegagalan-kegagalan dalam pelaksanaan fungsi dan relasi-relasi sosial. Berdasarkan pengertian pekerjaan sosial medis tersebut, maka pekerja sosial memegang peran penting dalam menangani permasalahan tunawisma, khususnya mengenai permasalahan biologi, psikososial, dan spiritual.

BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Kasus Annie dan Klinik Kesehatan untuk Tunawisma

Seorang pekerja sosial yang di sebuah klinik kesehatan masyarakat bertemu dengan seorang tunawisma wanita muda bernama Annie.
Klinik tersebut memberikan layanan kesehatan kepada individu dan keluarga tunawisma.
Pekerja sosial tersebut bertemu Annie pada suatu pagi ketika berjalan melalui suatu daerah.
Ia belum pernah melihat Annie di sekitar sana sebelumnya.
Annie masih muda dan cantik, dengan raut wajah yang keras.
Pekerja sosial tersebut bertanya-tanya bagaimana seorang wanita muda seperti Annie akhirnya hidup di jalanan.
Namun pekerja sosial tersebut yakin bahwa sama dengan perempuan tunawisma lain, Annie menghadapi banyak hambatan dalam hidup yang mencegahnya dari mencapai tujuan pribadinya.
Berdasarkan pengalamannya, ia tahu bahwa Annie mungkin beresiko untuk mengalami banyak masalah, termasuk penggunaan narkoba, HIV / AIDS penyalahgunaan, kehamilan yang tidak direncanakan, kekerasan fisik atau seksual, juga masalah yang berkaitan dengan kesehatan. Pekerja sosial tersebut selalu bertanya-tanya bagaimana wanita-wanita muda hidup di jalanan dengan selamat setiap malam, mengingat begitu banyak ancaman di jalanan.
Ia berusaha mendorong Annie untuk mampir dan memeriksa pelayanan di klinik kesehatan kapan saja Annie inginkan. Ia meminta orang lain untuk bercerita tentang klinik dan memberikan petunjuk padanya. Seperti kebanyakan tunawisma lainnya, Annie mewakili budaya yang berbeda. Annie merupakan keturunan Afrika-Amerika, berusia 19 tahun dan menarik. Annie lahir dari keluarga bermasalah dalam masyarakat pedesaan miskin dua jam sebelah utara kota itu. Annie adalah tunawisma, perkembangannya cacat, dan mungkin jiwanya terganggu. Walaupun Annie terlihat tangguh, sebenarnya ia rentan. Pekerja sosial mendengar melalui selentingan lokal bahwa beberapa orang secara rutin mengambil keuntungan dari diri Annie baik secara fisik dan seksual sejak ia pindah ke daerah itu sekitar dua minggu sebelumnya. Annie menjadi tunawisma saat keluarganya dipaksa keluar dari rumah mereka.
Annie berkata bahwa ibu dan adiknya mencintainya, tapi mereka tidak bisa merawatnya lagi.
Annie juga suka minum alkohol dengan yang teman- temannya. Tetapi Annie menyangkal menggunakan obat-obatan lain. Annie berkata bahwa dia tidak memiliki masalah dengan kebiasaan minumnya.
Minum-minuman keras kadang-kadang membuatnya dalam masalah, tapi Annie tidak menjelaskannya. Annie juga membantah memiliki sejarah penyalahgunaan obat-obatan. Annie suka minum-minuman keras karena dia ingin berteman lebih mudah. Annie juga menyatakan bahwa dia perlu teman karena dia merasa kesepian. Annie mengatakan bahwa dia minum kadang-kadang bisa setiap hari, tapi dia mengatakan bahwa itu bukan masalah besar.
Annie merasa dirinya mengalami cacat mental namun ia tidak yakin jika dia mengalaminya , Annie mampu berkata-kata dengan baik, meskipun sederhana dan dalam kata-kata yang kuat. Annie ramah dan keluar dengan senyum ceria. Annie menyatakan bahwa dia biasanya optimis, bahagia, dan selalu berusaha melihat positif pada orang lain dan dalam situasi apapun , dan bisa terlepas dari hambatan.
Pekerja sosial yang menanganinya pernah mendengar bahwa Annie tidak selalu ceria dan optimis. Orang-orang di sekitar mengatakan bahwa terkadang Annie menjadi murung, marah dan bertindak aneh. Annie sering merasa sedih dan tidak ingin diganggu. Annie tidak tahu mengapa dia bisa sedih . Tetapi Annie menyadari bahwa ia sering mengalami perasaan itu sejak kecil.
Orang-orang di sekitar Annie menganggapnya menarik. Annie menarik perhatian laki-laki. Annie sering berhubungan seks dengan laki-laki, kadang-kadang dengan beberapa pria yang berbeda dalam satu hari. Annie menyukai seks, tapi Annie lebih suka menjadi populer di kalangan laki-laki. Seorang tetangganya pernah bercinta dengannya ketika ia berumur 12 tahun, tetapi menurutnya itu bukan masalah besar. Annie juga menyadari bahwa ia telah memiliki reputasi karena kemampuannya untuk melindungi dirinya sendiri dengan kemampuannya berkelahi. Tidak ada yang berani mencoba melecehkannya, karena Annie akan memberi pelajaran kepada mereka. dia lebih muda. Annie belajar berkelahi untuk melindungi dirinya karena ia mengalami pengalaman buruk diperkosa oleh dua orang lelaki ketika ia berusia lebih muda. Annie tidak mempunyai pendapatan, tetapi kadang-kadang Annie menerima uang dari teman-teman laki-lakinya, dan terkadang dari orang asing, untuk berhubungan seks. Ketika Annie membutuhkan uang, dia akan menawarkan bantuan seksual sebagai imbalan untuk pembayaran, tetapi Annie tidak menyebut dirinya pelacur. Annie mengalami kesulitan menemukan produk kesehatan feminine.
Setelah melalui kurang lebih tiga kali pertemuan, akhirnya pekerja sosial dan Annie menyepakati kontrak untuk mengatasi masalah-masalah yang dialami Annie.

2.2. Klinik Pelayanan Kesehatan untuk Tunawisma

Klinik kesehatan tempat pekerja sosial tersebut bekerja beroperasi di gedung sebelumnya kosong. Sebuah rumah sakit lokal mengelola klinik, didanai melalui Stewart B. McKinney berdasarkan Undang-Undang Bantuan untuk Tunawisma Tahun 1987. Klinik kesehatan yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan kesehatan penduduk tunawisma tersebut didirikan pada tahun 1989. Klinik buka setiap hari mulai pukul sembilan pagi dan tutup pada pukul sembilan sore. Klinik tersebut memiliki ruang tunggu yang besar dengan kursi yang nyaman dan dilengkapi majalah. Klinik tersebut memiliki resepsionis, perawat, dan dua pekerja sosial beserta staf lainnya. Masing-masing telah bekerja di klinik selama lebih dari lima tahun. Konsistensi personil adalah penting untuk membangun kepercayaan dalam komunitas tunawisma, dimana kelangsungan pelayanan seringkali tergantung pada kepercayaan. Dokter klinik merekrut relawan dari masyarakat. Kedua pekerja sosial melakukan tes HIV dan konseling, serta memberikan pendidikan kepada masyarakat tentang penyakit menular seksual.

Klinik tersebut adalah intervensi positif untuk semua tingkat. Pada tingkat makro, klinik tersebut memenuhi kebutuhan emosional masyarakat. Dengan menawarkan layanan kesehatan yang mudah diakses, manusiawi, dan terjangkau, masyarakat memenuhi tujuan merawat warga tunawisma. Pada tingkat mezzo, klinik tersebut menyimpan pusat kota dari rumah sakit harus menggunakan yang paling mahal dan paling pribadi cara untuk mengeluarkan perawatan kesehatan, seperti ruang gawat darurat (Kushel, Perry, Bangsberg, Clark, & Moss, 2002). Pada tingkat mikro, individu mendapatkan perawatan di klinik pribadi. Mereka lebih cenderung untuk datang ke klinik dengan kesehatan dan kebutuhan sosial, melalui dengan rekomendasi pengobatan, dan menerima pengobatan dan pencegahan kesehatan rutin.

Para tunawisma memerlukan pertimbangan khusus dari penyedia layanan sosial. Mereka tidak memiliki transportasi, uang, atau tempat tidur mereka sendiri. Para tunawisma yang paling berminat dalam memenuhi kebutuhan mendesak mereka seperti makanan, tempat tinggal, dan keselamatan. Klinik kesehatan tersebut memenuhi kebutuhan tunawisma karena klinik kesehatan tersebut menawarkan perawatan kesehatan holistik, dan mengembangkan layanan untuk memenuhi kebutuhan orang-orang yang kehilangan tempat tinggal. Namun untuk pekerja sosial, pelayanan kesehatan untuk tunawisma merupakan tantangan yang cukup berat karena kebutuhan tersebut sangat berat dan jumlah klien baru terus meningkat.

2.3. Intervensi Pekerja Sosial terhadap Kasus Annie
Pekerja sosial yang menangani Annie melakukan pendekatan dengan cara yang sama ketika ia mendekati semua klien baru. Pekerja sosial tersebut berasumsi bahwa Annie berusaha keras untuk mengatasi masalahnya dengan menjadi tunawisma dan melewati masa kanak-kanak yang sulit, belum lagi ketika Annie mengetahui ternyata dia dianggap beban oleh keluarganya, karena merasa dirinya adalah beban, di usia 19 tahun, karena kondisi keluarganya terpaksa Annie menjadi tunawisma untuk hidup sendirian di sebuah lingkungan baru di mana dia lebih sering menemukan alkohol, obat-obatan lain, dan kehidupan seks untuk mencari uang.

Dia tinggal di sebuah lingkungan di mana ia bisa diserang, dipukuli, atau diperkosa setiap hari atau saat tidur. Klien tunawisma juga menghadapi stigma buruk dalam kehidupan mereka sehari-hari, dari hampir semua orang yang mereka temui. Pekerja sosial harus membuat Annie merasa berbeda, melihatnya dari sisi lain dan pendekatan pekerja sosial disasarkan pada kekuatan masalahnya. Annie membutuhkan pekerja sosial untuk mengenalinya sebagai manusia yang memiliki perasaan, keinginan, dan ide. Annie memerlukan seseorang yang nyata, dan memiliki kekuatan, bukan orang-orang yang sering dia jumpai dalam masyarakat masyarakat yang lebih suka mengabaikan dirinya.

Karena pekerja sosial menduga bahwa Annie memiliki masalah minum-minuman keras dan kehidupan seks, dan bahwa masalah ini merupakan bagian penting dari kesehatannya yang berjangka panjang terhadap kesejahteraan dirinya, pekerja sosial melakukan pendekatan dengan hati-hati. Oleh karena itu, pekerja sosial memutuskan untuk mengambil pendekatan pengurangan bahaya, berharap untuk membantu Annie membuat perubahan yang tidak melibatkan dirinya lagi untuk minum-minuman keras dan mengurangi frekuensi hubungan seks tanpa kondom. dalam upaya untuk mengurangi potensi bahaya ini seringkali dapat menyebabkan perubahan perilaku.

Dengan kata lain, Annie tidak mungkin akan segera mendapatkan rumah dan pekerjaan atau berhenti minum dan berhubungan seks, mengingat keadaannya, tugas pekerjaan sosial adalah untuk meminimalkan potensi bahaya yang melekat dalam lingkungan yang ada padanya. Pekerja sosial menyediakan kondom dan pendidikan HIV dalam upaya untuk membantu Annie agar menyadari bahwa dia bisa melindungi dirinya dari penyakit menular seksual. Klinik menawarkan peluang untuk melakukan tes HIV, pelayanan kesehatan mental, memberikan pendidikan mengenai penyalahgunaan alkohol dan berusaha untuk mencarikannya perumahan. Hal tersebut dilakukan dalam upaya untuk mengurangi potensi risiko dalam hidup Annie. Pekerja sosial berusaha menjadi tempat yang nyaman dan terpercaya bagi Annie dalam menangani masalah-masalahnya.

Assessmen dan Rencana Intervensi
Annie dan pekerja sosial yang menanganinya mengembangkan tujuan-tujuan pribadi dan tujuan bersama selama pertemuan mereka. Mereka menggunakan tujuannya untuk memandu pekerjaan pekerja sosial. Pekerja sosial berniat membantu Annie untuk menemukan cara untuk memecahkan masalah dan memperbaiki hidupnya.

Masalah I: Annie khawatir terinfeksi penyakit menular seksual, seperti HIV.
Rencana intervensi :
1. Mengurangi risiko Annie menjadi terinfeksi HIV melalui pengurangan perilaku berbahaya.
2. Mengadiri HIV konseling dan pendidikan dan mempertimbangkan tes HIV.
3. Identifikasi risiko Annie untuk terinfeksi HIV dan memikirkan ide-ide bagi Annie untuk mengurangi risiko Annie terinfeksi.
4. Bicara dengan perawat klinik tentang keadaan fisik.
Masalah 2: Annie khawatir tentang kejahatan, kekerasan dan penyalahgunaan zat berbahaya karena Annie adalah seorang wanita muda yang dekat minuman keras dan orang asing
Rencana intervensi :
1. Bekerja dengan klinik untuk mencari perumahan.
2. Bekerja dengan klinik untuk menerima tunjangan perumahan bersubsidi.
3. Bekerja dengan klinik untuk mendapatkan perumahan pada daftar tunggu untuk perumahan bersubsidi.

Masalah 3: Annie sering merasa kesepian dan membutuhkan seseorang untuk diajak

bicara dan dapat dipercaya.
Rencana intervensi : :
1. Annie didrop oleh klinik untuk mencari tempat yang aman untuk berbicara.
2. Bekerja dengan klinik pekerja sosial untuk memecahkan masalah sehari-hari.
3. Bekerja dengan pekerja klinik sosial untuk mencari kelompok perempuan sehingga Annie mendapatkan teman.

Strategi pengurangan dampak buruk atau harm reduction menawarkan model untuk mengelola perilaku berisiko tinggi seperti substansi dan penularan HIV, saat bekerja terhadap perubahan jangka panjang.

Tujuan strategi pengurangan kerusakan adalah untuk membantu mereka mengurangi kemungkinan mengalami kerugian akibat perilaku mereka. Harm reduction menerapkan beberapa prinsip penting, antara lain :

1. menggunakan narkoba adalah bagian dari dunia kita dan kita perlu untuk mengurangi efek yang berbahaya, bukan mengutuknya, mengabaikannya

2. pengguna narkoba memiliki suara dalam pengobatan mereka

3. menggunakan narkoba adalah kompleks dan beragam

4. adalah mungkin bagi klien untuk melakukan perubahan dan mengurangi kerugian, bahkan ketika menggunakan narkoba, minum, atau terlibat dalam perilaku berbahaya lainnya.

5. praktisi pekerja sosial harus bersifat non-judmental dan non-koersif saat menangani klien

6. mengakui realitas kemiskinan, kelas, rasisme, isolasi sosial, trauma masa lalu, diskriminasi seks berbasis, dan kesenjangan sosial lainnya yang mempengaruhi kerentanan dan kapasitas untuk menangani masalah seseorang

2.4. Pekerjaan Sosial dan Tunawisma
Pekerja sosial telah menjadi bagian dari pelayanan kesehatan masyarakat sejak awal profesi tersebut berdiri. Kesehatan masyarakat adalah salah satu target utama reformasi kerja sosial. Jane Addams dan lainnya merupakan perintis awal pekerjaan sosial yang membantu mengembangkan kebijakan kesehatan awal di Amerika Serikat (Goldberg, 1999; Moniz & Gorin, 2003). Dewasa ini, pekerja sosial dalam pengaturan kesehatan menggunakan suatu susunan keterampilan, termasuk dukungan sosial, advokasi, pendidikan, manajemen kasus, konseling, pengembangan kebijakan kesehatan, dan reformasi masyarakat.
Memahami hubungan antara kesehatan pribadi dan lingkungan sosial membuat kemajuan dramatis selama 1940-an dan 1950-an. Setelah Perang Dunia II, masyarakat mengetahui tentang penyakit menular tertentu dan terkendali. Selanjutnya, kita mengetahui bahwa kesehatan lingkungan sosial yang terkena dampak. Sebuah lingkungan yang sehat itu cenderung menghasilkan orang yang sehat. Dalam apa yang kemudian dikenal sebagai perspektif ekologi, pekerja sosial, dan penyedia layanan kesehatan publik mulai memperhatikan lingkungan. Pendekatan ini merubah secara dramatis praktek kerja sosial di bidang kesehatan.
Perspektif ekologi menyebabkan bunga dalam teori determinan sosial. Teori ini mengusulkan bahwa faktor-faktor seperti pengangguran, upah yang rendah, kurangnya asuransi kesehatan, diskriminasi rasial, kekerasan dalam rumah tangga, penyalahgunaan alkohol dan obat-obatan lainnya, dan penyakit fisik mental serius memainkan peran penting dalam kesehatan individu. Populasi yang paling beresiko untuk masalah kesehatan berbasis lingkungan antara lain ibu tunggal, orang tua, orang miskin, orang cacat, dan tunawisma. Untuk itu, tunawisma memainkan peran besar dalam kesehatan dan perawatan kesehatan.
Tunawisma menjadi isu utama di akhir 1970-an dan 1980-an awal. Kebijakan de-institusionalisasi tahun 1960-an membanjiri kota-kota dan daerah pedesaan dengan orang-orang yang sudah dilembagakan selama beberapa dekade. Dari pasien yang baru ditangani, beberapa difasilitasi untuk hidup di perumahan dengan pengawasan. Mereka yang tidak memenuhi kriteria terpenuhi kebutuhan perumahannya atau yang terbukti terlalu sulit untuk mendapatkan fasilitas perumahan sering menjadi tunawisma atau berakhir di penjara.
Penduduk tunawisma sering lebih tinggi dari rata-rata risiko sosial yang menjadi hambatan untuk menerima perawatan kesehatan. Banyak tunawisma memiliki satu atau lebih ketergantungan, penyakit mental, atau kecacatan perkembangan. Beberapa memiliki catatan kriminal. Sebagian besar terputus dari
keluarga mereka dan sistem-sistem dukungan meskipun mereka berupaya berulang kali untuk membangun dan memelihara hubungan tersebut.

Kurangnya uang, transportasi, dan asuransi membuat tunawisma mengalami kesulitan mengakses sistem kesehatan. Penelitian menunjukkan bahwa tunawisma memperoleh pelayanan kesehatan bila tersedia, terjangkau, dan mudah diakses (Rosenbaum & Zuvekas, 2000). Di Amerika Serikat, ini adalah masalah yang paling penting yang dihadapi oleh tunawisma. .

BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Merujuk pada pengalaman salah seorang pekerja sosial yang bekerja pada klinik kesehatan untuk tuna wisma, khususnya ketika menangani kasus Anni, dapat dikatakan bahwa diperlukan pendekatan khusus untuk memberikan pelayanan kesehatan bagi tuna wisma, mereka tidak merespon dengan baik wawancara dengan daftar pertanyaan-pertanyaan yang kaku. Pekerja sosial harus berusaha membina kepercayaan dengan klien tuna wisma agar tujuan intervensi dapat tercapai. Langkah-langkah intervensi pekerjaan social tersebut antara lain sebagai berikut :

1. engagement : kontak awal yang diisi dengan small talk

2. intake : terjadi kesepakatan antara pekerja social dank lien untuk dilakukannya suatu tindakan untuk menyelesaikan masalah klien

3. assessmen : pengungkapan masalah-masalah klien

4. rencana intervensi berdasarkan hasil assessmen

5. evaluasi

6. referral jika dibutuhkan

7. terminasi


Makalah anak kelas 3A Rehsos STKS Bandung angkatan 2008

Tidak ada komentar:

Posting Komentar